Book review

Lesson to Learn From Buffett Partnership Annual Letter 1960 – Sanborn Map

Jauh sebelum Sanborn Map berdiri, cikal bakal perusahaan telah dimulai sejak abad ke-18 saat industri asuransi berkembang pesat di Britania Raya. Seiring dengan kegiatan operasional dari tiap-tiap perusahaan asuransi yang meningkat, maka timbullah permintaan akan jasa pembuatan peta daerah. Hal ini guna membantu para aktuaria di dalam perusahaan asuransi agar dapat menilai risiko secara komprehensif terkhusus untuk asuransi kebakaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja underwriting perusahaan. Nah, perkembangan serupa juga turut terjadi di Amerika Serikat, yang notabene bekas koloni kerajaan Inggris.

Tepat di tahun 1866 seorang yang bernama Daniel Alfred Sanborn, insinyur sipil yang sebelumnya telah bekerja di perusahaan asuransi dan berpengalaman membuat peta, mendirikan Sanborn Map di New York, yang kala itu masih bernama D. A. Sanborn National Insurance Diagram Bureau. Di mana produk pertama yang dibuatnya adalah peta negara bagian Boston yang bernama Insurance Map of Boston, Volume 1, 1867. Sebagai informasi tambahan, map yang dibuat oleh Sanborn Map berisikan informasi yang sangat detail, meliputi: nama jalan, letak posisi gedung, tingkat okupansi, material gedung, proteksi keamanan, hingga letak keran air, yang terus diperbaharui secara berkala. Alhasil, produk perseroan sangat laku dijual kepada perusahaan asuransi umum, reasuransi, dan beberapa perusahaan utilitas publik, properti, serta pemerintah daerah setempat.

Pada tahun 1916, setelah Sanborn Map mengakuisisi pesaing utamanya, boleh dikatakan perusahaan telah menjadi pemain terbesar dan hampir memonopoli industri pembuatan peta di Amerika Serikat. Namun sayangnya, periode tahun 1950-an menjadi titik balik kinerja perusahaan. Di mana seiring perkembangan zaman, permintaan peta dari industri asuransi mulai berkurang dikarenakan beberapa hal berikut ini: 1. Adanya konsolidasi pada industri asuransi, sehingga dengan turunnya jumlah perusahaan asuransi di industri, turut menurunkan volume penjualan Sanborn Map. 2. Dengan semakin kuatnya modal perusahaan asuransi, menyebabkan mereka dapat menanggung risiko asuransi yang lebih tinggi, sehingga dapat melakukan efisiensi dengan mengurangi beban-beban yang tidak fundamental termasuk pembelian peta. Dan 3. Seiring perkembangan teknologi, pembangunan gedung atau rumah baru relatif lebih tertata, tahan kebakaran, dan memiliki antisipasi risiko kebakaran yang lebih baik.

Alhasil karena adanya faktor-faktor di atas, laba bersih Sanborn Map turun dari $500.000 di tahun 1950, menjadi $100.000 di tahun 1958. Beruntung karena belanja modal perusahaan yang rendah, manajemen Sanborn Map dapat menginvestasikan sebagian keuntungan perusahaan tiap tahunnya ke dalam portofolio investasi, yang apabila Buffett telisik, utamanya terbagi ke saham-saham keping biru dan surat hutang negara yang minim risiko. And yeap, di tahun 1958 ini jugalah diketahui Buffett mulai mengumpulkan saham Sanborn Map hingga berani menempatkan 35% aset portofolionya. Dan berikut adalah alasan-alasan Buffett berani menginvestasikan dananya di Sanborn Map:

  • Pada tahun 1938, posisi DJI di sekitar $100 vs Sanborn Map $110/lembar. Di mana pada saat yang sama, Sanborn Map memiliki aset investasi sebesar $20/lembar, yang artinya bisnis pembuatan peta-nya secara logis dihargai $90/lembar oleh Mr. Market.
  • Tahun 1958 DJI telah naik ke $550, namun sebaliknya saham Sanborn Map turun ke $45/lembar. Sedangkan seperti disampaikan di atas, perusahaan terus melakukan reinvestasi keuntungannya ke dalam portofolio investasinya, sehingga nilainya telah meningkat menjadi $65/lembar. Dan ini artinya, pasar secara tidak rasional telah menghargai bisnis peta Sanborn Map -$20/lembar.
  • Padahal jika kita melihat secara keseluruhan, betul bahwa bisnis utama perusahaan mulai menurun. Namun demikian, Sanborn Map masih mampu memperoleh pendapatan tahunan $2 juta dari operasionalnya, membukukan keuntungan setiap tahunnya atau bahkan menyisihkan sebagian keuntungan tersebut dalam bentuk dividen. Dan seandainya Buffett pribadi memiliki keinginan untuk membangun bisnis serupa dari nol (replacement cost), maka seminimal-minimalnya membutuhkan biaya $10 juta.

Dari penjelasan Buffett, kita dapat menyimpulkan bahwa Sanborn Map memiliki margin of safety yang tinggi, didukung dengan harga pembelian sahamnya yang sudah berada di bawah nilai aset likuid bersihnya, yang otomatis jika dibandingkan dengan nilai buku jauh lebih terdiskon lagi. Perusahaannya juga disebutkan ‘had no possible financial worries’, atau seperti Peter Lynch pernah sampaikan bahwa ‘a debt free company can’t go bankrupt’ sehingga risikonya amat rendah. Dan terakhir Buffett benar-benar memahami perusahaan yang dibelinya, terlihat dari beliau juga membaca laporan keuangan perusahaan hingga 20 tahun ke belakang, di tahun 1938.

Singkat cerita, setelah mengumpulkan sahamnya selama dua tahun, Buffett berhasil menjadi salah satu pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 22,9% di Sanborn Map. Dan karena memiliki pengaruh yang signifikan, Buffett menginisiasi untuk memisahkan kedua unit bisnisnya, yaitu pembuatan peta dengan mereorganisasinya, dan segera merealisasikan investasi portofolio perusahaan, di mana dananya akan dikembalikan kepada pemegang saham. Thus, terjadi perang proksi antara kubu yang setuju dengan penawaran Buffett dan yang tidak setuju. Hingga akhirnya diambil jalan tengah, yang mana bagi pemegang saham Sanborn Map yang ingin keluar, sahamnya akan dibeli dengan kompensasi aset investasi portofolio perusahaan, tentunya dalam posisi keuntungan di atas harga pasar Sanborn Map yang undervalue saat itu. Pada momen inilah Buffett langsung merealisasikan keuntungannya, yang diestimasi sebesar 50% untuk penyimpanan selama 2 tahun.

So yeap, jika penulis bisa menyimpulkan tiga hal yang bisa dipelajari pada ulasan kali ini, maka berikut adalah 3 poin tersebut:

  1. Bagi teman-teman pembaca, termasuk juga penulis yang saat ini masih bekerja. Seperti Daniel Alfred Sanborn, bekerjalan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ilmu, bukan uang. Karena pada akhirnya uang akan mengikuti kemampuan kita. Sama halnya ketika Buffett memohon untuk bekerja kepada gurunya Benjamin Graham, dia mengatakan siap untuk bekerja secara cuma-cuma tanpa perlu dibayar sepeserpun.
  2. Analisalah saham secara mendalam dan rasional, seperti yang pernah sampaikan oleh Li Lu (Founder Himalaya Capital), ‘most of your time being a value investor is as an academic, a researcher, a journalist actually, to have insatiable curiosity and try to figure out how just about everything works. Because in investing the more you know the better of you are.’
  3. Kemampuan untuk beradaptasi. Teman-teman dapat melihat bahwa Sanborn Map, dikarenakan sudah sangat nyaman dengan bisnis pembuatan petanya, terlambat untuk mengikuti perkembangan kebutuhan industrinya. Sebaliknya, Buffett ketika mengelola Buffett Partnership, seiring dengan dana kelolaan yang semakin besar terus menyesuaikan strategi investasinya, dari value stocks ke work-out stocks, hingga ke control situations. Dan lebih dari itu, meskipun Buffett hanya menyampaikan sedikit penjelasan mengenai ‘perang proksi’ yang terjadi, namun di luar itu pasti terdapat proses berliku yang membutuhkan kemampuan komunikasi, lobi, negosiasi, hingga akhirnya beliau dapat merealisasikan keuntungannya.

Nah, kurang lebih itulah hal-hal yang dapat kita pelajari dari surat tahunan Buffett Partnership di tahun 1960 ini. Semoga artikel di atas dapat meningkatkan literasi investasi teman pembaca semua. Oh iya, bagi teman-teman yang belum tahu, sebelumnya kita pernah membahas salah satu emiten di sektor asuransi dengan nilai aset likuid bersih yang cukup tinggi juga, namanya Asuransi Tugu Pratama Indonesia (TUGU). Dan pada artikel berikutnya, kemungkinan kita akan mengulas satu saham di sektor non-asuransi yang jika harganya belum kemana-mana, memiliki aset likuid bersih yang di sekitar nilai kapitalisasi pasarnya. So, see you on next article!

.

“We do not want to get active merely for the sake of being active. Everything else being equal, I would much rather let others do the work. However, when an active role is necessary to optimize the employment of capital, you can be sure we will not be standing in the wings.” – Warren Buffett

Tagged

About Zomi Wijaya

Fundamentalist, Value Investor
View all posts by Zomi Wijaya →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *