Life as a Value Investor

Re-checking the Story – Bank Jawa Timur (BJTM)

Salah satu ciri perusahaan dengan tata kelola yang baik, atau kerap disebut good corporate governance (GCG) adalah tidak telat menyampaikan laporan keuangan kepada publik. Yeap, berdasarkan salah satu penelitian terdapat kaitan erat antara keterlambatan perilisan laporan keuangan dan potensi fraud di dalam sebuah perusahaan, yang mungkin disebabkan perlunya waktu bagi manajemen ‘nakal’ untuk memodifikasi angka-angka yang disajikan. Nah, bagi teman-teman yang cukup berpengalaman, pasti sudah hafal dengan beberapa emiten yang rutin telat merilis laporan keuangan dan akhirnya terjadi problem tertentu, misalnya perusahaan beras inisial A, atau perkapalan inisial B, jika boleh menyebut beberapa.

Berdasarkan tesis di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa emiten yang rajin merilis laporan keuangan lebih awal menunjukkan satu indikasi GCG yang baik, tentunya tanpa mengabaikan faktor lainnya. Dan di tahun 2023 ini, emiten yang pertama merilis laporan tahunan beserta keuangan auditnya adalah Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (BJTM). Okey, pada artikel kali ini kita tidak akan membahas bagaimana cara BJTM bisa merilis LK paling cepat dibandingkan emiten lainnya, tidak. Tetapi kita akan membahas bagaimana mengikuti story perkembangan fundamental dari saham yang mungkin telah kita miliki, ataupun baru sebatas masuk dalam watchlist incaran teman-teman pembaca. So, mari kita mulai artikelnya:

Pada mulanya, sebelum mengikuti story sebuah perusahaan, tentunya kita harus mengenal dahulu perusahaan yang hendak teman-teman ikuti perkembangan fundamentalnya. Misalnya BJTM yang bergerak di industri perbankan, artinya memiliki bisnis utama menghimpun dana masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada konsumen yang membutuhkan. Lebih khusus lagi, BJTM tergabung dalam kategori Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Jawa Timur. Jadi berbeda dengan Bank Umum ataupun Bank Swasta, di mana BPD memiliki tujuan secara khusus untuk membangun perekonomian daerah setempat.

Dan salah satu keunggulan BPD dibanding bank lainnya adalah, karena perusahaan dimiliki oleh Pemerintah Daerah, BPD menjadi tempat utama berputarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seperti penempatan dana, transaksi pajak daerah, retribusi, pembayaran gaji PNS, dan lain sebagainya. Contohnya untuk BJTM, dari total dana pihak ketiga sebesar 78 triliun, maka hampir 13 triliuannya berasal dari pihak berelasi. Akan tetapi ada juga kekurangan dari BPD, di mana manajemen perusahaan rawan terpolitisasi. Karena direksi serta komisaris BPD ditunjuk oleh Pemerintah Daerah sebagai pemegang saham mayoritas, sehingga sudah sangat lumrah berubahnya kepemimpinan daerah, maka tampuk kepemimpinan BPD-nya juga diganti oleh orang-orang atau kawan dari pemimpin tersebut.

Sumber: Investing.com

Kemudian, seperti BPD pada umumnya, BJTM rutin membagikan dividen. Hal ini dikarenakan dividen dari BPD, merupakan salah satu sumber pendapatan tambahan daerah setempat untuk menjalankan roda pemerintahannya. Thus, dari data di atas kita dapat mengonfirmasi bahwa dividen BJTM sejak IPO tahun 2013 selalu naik. Sebagai informasi tambahan, jika teman-teman pernah menonton video public expose 2022 BJTM, disampaikan oleh Pak Busrul Iman selaku Direktur Utama perseroan, bahwa terlepas dari naik turunnya laba, mereka berjanji akan terus menaikkan nilai dividen yang dibagikan setiap tahunnya. That’s another story to keep for BJTM.

Well, setelah kita cukup mengenal perusahaan. Story lainnya yang cukup menarik adalah BJTM kini memiliki visi menjadi bank daerah terbesar di Indonesia, yang mana salah satu strateginya adalah menggenjot kredit UMKM perseroan. Dari informasi tersebut kita dapat memverifikasi ulang, apakah betul kinerja perseroan sudah sejalan dengan strateginya. Dan berdasarkan grafik produktivitas kredit di bawah ini, kita dapat melihat bahwa betul kredit Mikro BJTM telah naik +44% YoY, Ritel +47% YoY, sedangkan kredit konsumer yang menjadi comfort zone perusahaan sejak lama, hanya naik +9,2% YoY.

Sumber: Laporan Tahunan BJTM 2023

Lebih dari itu, teman-teman juga dapat mencermati jajaran baru manajemen perseroan yang banyak di isi oleh direksi-direksi baru yang berasal dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI), misalnya:

  • Busrul Iman (Direktur Utama), yang sebelumnya Kepala Kantor Wilayah Surabaya Bank Rakyat Indonesia
  • Edi Masrianto (Direktur Keuangan), berpengalaman sebagai Kelapa Divisi Bisnis Treasury Bank Rakyat Indonesia
  • Eko Susetyono (Direktur Manajemen Risiko), berpengalaman sebagai VP Operation, Market and Liquidity Risk management Bank Rakyat Indonesia
  • Zulhelfi Abidin (Direktur IT & Digital), berpengalaman sebagai direktur IT & Operation Bank Rakyat Indonesia
  • Arif Suhirman (Direktur Operasi), berpengalaman sebagai Audit Head Audit Intern Kanwil Jayapura Bank Rakyat Indonesia
  • Almarhum Suprajarto (Komisaris Utama), sebelumnya pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Rakyat Indonesia

So yeap, dari data di atas kita dapat menyimpulkan bahwa BJTM kini, layaknya BBRI mini. Yang harapannya dapat menggenjot kredit UMKM, khususnya untuk wilayah Jawa Timur dan sekitarnya lebih baik lagi.

Sumber: Laporan Tahunan BJTM 2023

Story terakhir yang cukup signifikan adalah laba BJTM di tahun 2024 yang ditargetkan naik menjadi 2,24 triliun, atau tumbuh 52,5% dari raihan laba tahun 2023. Terus terang, penulis cukup skeptis dengan target laba tersebut, dikarenakan pada tahun 2023 realisasi laba BJTM yang sebesar 1,47 triliun juga meleset dari target 1,65 triliun. Plus, berdasarkan laporan publikasi bulanan Februari 2024, BJTM hanya berhasil membukukan laba 188 miliar atau turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu 237 miliar.

Sekarang kita telah mengikuti beberapa story dari BJTM, dimulai dari perusahaan pertama yang menerbitkan laporan keuangan, plus minus posisinya sebagai Bank Daerah, strategi perusahaan menjadi BPD terbesar di Indonesia, hingga target laba tahun 2024. Story terakhir, bagaimana dengan valuasinya saat ini?

Alangkah baiknya dalam menganalisis valuasi BJTM, teman pembaca perlu memperkirakan laba perusahaan di tahun 2024 dan tahun-tahun yang akan datang. Sebelumnya tadi telah disampaikan bahwa target BJTM tahun ini sangat sulit untuk bisa dicapai, boleh dikatakan manajemen terlalu ambisius. Kemudian, layakkah jika kita secara konservatif memperkirakan laba BJTM akan stay kedepannya seperti tahun 2023 yang sekitar 1,5 triliun? Tentunya bagi teman pembaca yang ingin extra hati-hati hal tersebut dapat dilakukan.

Namun demikian, penulis memilih prospek yang cukup moderat. Di mana melihat data historis sejak perusahaan IPO tahun 2012, laba perusahaan berhasil tumbuh dengan tingkat CAGR 6% per tahunnya, hal ini juga selaras dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sehingga katakanlah laba BJTM tahun ini berhasil naik 6% menjadi 1,55 triliun maka dengan PER historis sekitar 8x, nilai wajar perusahaan berada di angka 12,4 triliun (1,55 x 8). Atau dengan kapitalisasi pasar di harga @600 ketika artikel ini ditulis yang sebesar 8,9 triliun, BJTM menawarkan Margin of Safety 28%.

Tapi Pak Zomi, bagaimana dengan kinerja bulanan BJTM yang terbukti laba perusahaan masih terus turun sepanjang 2024 berjalan ini? Terkait hal tersebut, spekulasi penulis salah satu faktor penyebabnya adalah antisipasi manajemen perusahaan terhadap relaksasi restrukturisasi kredit Covid-19 yang berakhir pada Maret 2024, sehingga terjadi peningkatan biaya kredit. Tapi bagaimana jika nanti di bulan April, Mei, Juni dan seterusnya laba BJTM masih turun? Nah itulah pentingnya terus mengikuti story perusahaan secara berkesinambungan. Tapi toh, seandainya kinerja BJTM tahun ini flat atau bahkan turun dibandingkan tahun lalu, penulis jadi teringat janji manajemen perusahaan, bahwa dividen tiap tahunnya akan selalu naik terlepas kondisi laba perusahaan.

.

Okey, artikelnya kita akhiri sampai di sini. Semoga teman pembaca, mendapatkan ilmu yang baik, berkenan dan bermanfaat dari tulisan di atas. Good luck and happy investing guys!

“The Big Money Is Not In The Buying And The Selling But In The Waiting” – Charlie Munger

Tagged ,

About Zomi Wijaya

Fundamentalist, Value Investor
View all posts by Zomi Wijaya →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *