Kalbe Farma (KLBF), pada tanggal 5 April 2024 menyampaikan keterbukaan informasi rencana pembelian kembali saham untuk periode 16 Mei 2024 hingga 15 Mei 2025. Dengan informasi tambahan, manajemen menyiapkan dana sebesar 1 triliun untuk aksi korporasi tersebut, dan hanya akan membeli saham beredar sebanyak-banyaknya 625 juta lembar pada harga @1.600 atau di bawah itu. Nah, ketika artikel ini ditulis saham KLBF ditutup pada posisi @1.400 atau masih di bawah harga rencana pembelian perseroan. Well, bagaimana seharusnya investor menyikapi aksi korporasi di atas? Apakah buyback saham berpihak kepada pemegang saham, atau sebaliknya?
Sebelumnya teman-teman perlu mengetahui, bahwa saham yang dibeli kembali oleh sebuah perusahaan disebut dengan istilah saham treasuri (treasury shares). Dan pada umumnya perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham (yang sebelumnya telah diterbitkan), merupakan sentimen positif. Hal ini dikarenakan:
1. Indikasi bahwa manajemen yakin dengan prospek perusahaan
Seandainya teman-teman memposisikan diri sebagai salah satu pemilik bisnis cetak foto, katakanlah kita sudah mengetahui bahwa prospek industrinya suram, dikarenakan perkembangan tekonologi, perubahan perilaku konsumen, dan sebagainya. Maukah kita membeli saham lebih banyak dari pemegang saham lainnya? Tentu saja jawabannya tidak, lebih baik dana yang kita miliki dialokasikan ke aset lain yang lebih produktif. Thus, logika yang sama juga harusnya berlaku terhadap perusahaan yang berencana melakukan pembelian kembali sahamnya.
2. Sinyal saham perusahaan berada di bawah nilai intrinsiknya
Hal lain yang mendorong perusahaan melakukan buyback, dikarenakan menganggap bahwa sahamnya yang diperjual belikan di bursa efek sudah murah, alias undervalue. Sehingga manajemen bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membeli kembali saham di harga yang murah, yang mana dapat dijual di kemudian harinya pada harga yang lebih tinggi. Seperti yang Benjamin Graham pernah katakan bahwa “In the short run, the market is a voting machine bit in the long run, it is a weighing machine.“
Oh ya, sedikit tambahan informasi. Apabila ada selisih keuntungan dari penjualan saham treasuri, hal tersebut tidak akan berdampak ke laporan laba rugi perusahaan. Melainkan sebatas dicatat sebagai tambahan kas dan setara kas neraca, diimbangi nilai ekuitas yang meningkat. Pun demikian, hal ini tetap menjadi nilai tambah bagi pemegang saham perseroan.
3. Pembelian kembali saham beredar, meningkatkan performa kinerja perseroan
Buyback shares juga meningkatkan kinerja perusahaan. Bagaimana hal ini terjadi? Hal ini dikarenakan pembelian kembali saham akan mengurangi nilai ekuitas atau modal, setara dengan realisasi nominal pembelian sahamnya. Sebagai contoh, misalkan KLBF merealisasikan pembelian saham sebanyak 1 triliun, maka dari sisi neraca ekuitas KLBF akan turun juga 1 triliun, persis dengan nilai kas dan setara kas yang digunakan. Ingat, bahwa neraca keuangan selalu seimbang antara sisi aktiva dan pasiva.
Berikut adalah ilustrasi rasio keuangan KLBF yang berencana melakukan buyback:
Nah, dengan asumsi KLBF merealisasikan seluruh dana pembelian sahamnya di harga @1.600. Dari data di atas kita dapat memperhatikan bahwa terdapat beberapa perubahan rasio keuangan sebelum dan sesudah pembelian kembali saham. Misalnya ROE KLBF di level 12,9%, setelah pembelian kembali saham meningkat menjadi 13,5%. EPS perusahaan meningkat dari 59,02/lembar menjadi 59,82/lembar. Sedangkan untuk rasio valuasi PER dan PBV, saling me-net off, di mana untuk PER menurun tapi PBV-nya naik.
Mungkin ada pertanyaan juga dari teman pembaca, kenapa angka ekuitas di laporan keuangan harus turun? Pertama, memang sudah ketentuan akuntansi, di mana nilai neraca harus turun seimbang. Jika dari sisi aktiva, kas turun, maka di sisi pasiva juga harus ada yang turun, dalam hal ini adalah ekuitas. Kedua, yang perlu teman-teman ketahui adalah, saham treasuri tidak memiliki hak atas laba perusahaan. Sehingga jika satu waktu perusahaan membagi dividen, maka porsi dividen yang diterima pemegang saham akan meningkat, dikarenakan saham yang beredar semakin sedikit. Yeap, menarik bukan?
Akan tetapi, teman-teman juga perlu mengetahui bahwa peraturan mengenai saham treasuri di tiap-tiap negara berbeda satu dengan lainnya. Misalnya untuk Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan hanya boleh menyimpan saham treasuri selama 3 tahun, dan wajib mengalihkannya kembali dalam jangka waktu 2 tahun. Alhasil, perusahaan memiliki jangka waktu 5 tahun dari masa penyimpanan hingga pengalihannya kembali.
Kemudian untuk definisi ‘mengalihkan saham’, pengalaman penulis dapat dilakukan lewat berbagai macam cara. misalnya dijual ke investor lain, seperti yang dilakukan Bukit Asam (PTBA) yang pernah menjual ke BNI Sekuritas, dalam hal ini tidak hanya sekuritas saja, bisa juga ke investor strategis ataupun masyarakat luas. Opsi berikutnya, perusahaan bisa menghanguskan saham treasuri untuk mengurangi modal disetor, persis yang dilakukan oleh Ultrajaya Milk Industri (ULTJ) menarik kembali saham treasurinya. Pilihan terakhir, adalah memperpanjang masa penjualan saham treasurinya, yang mungkin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti harga saham yang masih lebih rendah dibandingkan harga pembelian saham treasuri, contohnya seperti yang dilakukan PT Pembangunan Perumahan (PTPP).
.
Last but not least, berikut adalah diskusi yang penulis kutip dari pemberitaan CNBC antara CEO Apple, Tim Cook dengan Warren Buffett mengenai pembelian kembali saham perusahaan:
“I’d been in the CEO spot maybe a year or so, we (Apple) had a growing amount of cash, we had crossed the $100 billion mark, if my memory is correct. When I don’t have experience with something, I make a list of the people that I think that are the smartest people that I can contact to get advice,” recounted Cook. “Warren was on the top of the list. As you can imagine, I hadn’t met Warren before.”
“I get his number, I call out in Omaha, and I wasn’t sure that he’d take the call. Call out of the blue, he doesn’t know me from Adam,” said Cook. “But he took the call, and I had a great conversation with him, and that was the first time that I met Warren.”
“He was very clear to me, he said ‘let me just cut through it, if you believe that your stock is undervalued, you should buy your stock,” Cook said, recounting the call. “I thought that was just the simplest way to look at it.” – Tim Cook
keren analisanya