Fundamental Analysis

Margin of Safety – The Core of Value Investing

Warren Buffett, investor terkaya di dunia pernah berkata bahwa ada tiga kata terpenting dalam berinvestasi. Tiga kata tersebut adalah ‘Margin of Safety‘ atau kerap disebut sebagai Margin Keamanan. Di artikel kali ini saya ingin fokus membahas mengenai Margin of Safety (Mos), bagaimana kita menerapkannya dalam berinvestasi saham di Indonesia.

Sebelum masuk mengenai MoS sendiri, teman-teman perlu memahami perbedaan antara Price and Value (Harga dan Nilai). Mari kita lihat apa kata Warren Buffett mengenai Price and Value:

Menurut Warren Buffett sendiri, Harga adalah apa yang kita bayar, sedangkan nilai adalah apa yang kita dapatkan. Tidak penting apakah membeli kaos kaki ataupun saham, Buffett menyukai barang bagus yang sedang terdiskon. Apabila kita aplikasikan dengan MoS, maka kita akan mendapatkan rumus sebagai berikut:

*Value di atas adalah Intrinsic Value (Nilai Intrinsik) & Price adalah Market Price (Harga Pasar)

Dalam dunia saham, semakin tinggi Margin of Safety maka semakin rendah risiko kita berinvestasi di saham tersebut. Mari kita menghitung Margin of Safety menggunakan book value sebuah perusahaan:

Perusahaan dengan kode saham AUTO (Astra Otoparts Tbk.) memiliki Book Value per Share (BVPS) sebesar 2.027,5 Rupiah, sedangkan harga saham AUTO yang diperdagangkan saat ini hanya 1600 / Lembar Saham. Sehingga Margin of Safety AUTO adalah:

Yes, MoS saham AUTO berdasarkan book valuenya adalah sebesar 21,1%. Benjamin Graham (penemu MoS) memiliki kriteria, hanya membeli saham yang memiliki tingkat MoS minimal sebesar 33%. Oke, mungkin teman-teman bertanya apakah menghitung MoS cukup menggunakan book value / PBV saja? nope.. Value dalam rumus MoS tersebut adalah Intrinsic Value, dimana masing-masing Investor di dunia bisa memiliki jawaban yang berbeda (walaupun tidak mungkin selisih jauh) dalam menilai Intrinsic Value sebuah perusahaan. Salah satu nilai yang saya gunakan di atas adalah Book Value, sedangkan kita juga perlu mempertimbangkan unsur lainnya. Seperti rasio PER, DER, ROE, etc. Wah pusing dong kalau gitu mengukur MoS? saya pribadi mengkategorikan 4 saham yang menjanjikan MoS yang tinggi:

1. Ideal Stock

Ideal Stock adalah saham yang sangat ideal, karena lolos dalam semua kualifikasi standar kita dalam berinvestasi saham. Mari kita lihat contoh saham berikut: saya mencontohkan saham EKAD, karena saham ini adalah salah satu saham ideal yang cocok menjadi salah satu pertimbangan saham untuk berinvestasi.

Saham EKAD memiliki rasio-rasio yang cukup ‘sexy’ apabila kita melihat sebagai Value Investor. Rasio tersebut adalah:

  1. GPM EKAD 30%
  2. PER 5,6 (PER < 10)
  3. PBV 0,8 (PBV < 1)
  4. PEG 0,3 (PEG < 1)
  5. ROE 14% (ROE > 12%)
  6. DER 0,2 (DER < 1)
  7. Stable and understandable Business (http://zomiwijaya.com/ekadharma-international-ekad-rajanya-lakban/)

Yeap, everything seems so attractive, jadi EKAD adalah salah satu ideal stock menurut saya. Apabila teman-teman menemukan saham lainnya seperti EKAD, feel free to contact me here http://zomiwijaya.com/kontak/ 🙂

2. Leading Stock

Yang kedua adalah Leading Stock. Leading Stock adalah perusahaan terbaik dan termurah di industrinya. Dimana dengan pilihan terbaik kita, berarti kita sudah meminimalisir risiko dalam berinvestasi (which means higher MoS). Di bawah saya mencontohkan perbandingan rasio perusahaan sektor konstruksi BUMN:

Nah berdasarkan analisa yang saya buat dari 4 perusahaan BUMN (based on latest financial statement both companies) saya menyimpulkan bahwa berdasarkan kinerja keuangan, saya paling menyukai saham WSKT, kedua PTPP, lalu WIKA dan terakhir adalah ADHI. Why?

WSKT memiliki GPM tertinggi dibandingkan kompetitornya dengan valuasi yang murah berdasarkan PER dan PEG, serta memiliki ROE yang tertinggi dibandingkan kompetitornya. Untuk menganalisa Leading Stock kita harus benar-benar menganalisa perusahaan yang sejenis (apple to apple), jangan pernah membandingkan saham batu-bara dengan saham perbankan karena tentunya kinerjanya akan benar-benar berbeda.

3. Cash Stock

Cash Stock adalah perusahaan yang memiliki Cash lebih besar dari Market Capitalizaton perusahaan tersebut. Cash yang dimaksud disini adalah kas yang dapat dicairkan dalam waktu 1 tahun atau kurang (tabungan, deposito, etc). Mari kita lihat contoh perusahaan PNIN (PT. Paninvest Tbk) :

Pada tanggal 1 January 2018 PNIN memiliki Nilai Perusahaan / Market Cap. sebesar 3,58 triliun, sedangkan perusahaan ini memiliki Cash sebanyak 5,8 Triliun !!! Apakah worth it untuk membeli saham senilai 3,58 triliun untuk mendapatkan cash sebesar 5,8 Triliun, belum termasuk aset-asetnya seperti gedung, laba bersihnya, brand imagenya and so on? Hanya saya pikir sekarang sedikit terlambat untuk mengoleksi saham PNIN, karena harganya sudah mencerminkan cash yang dimiliki saham ini, walaupun menurut saya saham ini tetap masih undervalue. *FYI sulit mencari saham-saham yang memiliki Cash > Market Cap. tetapi saat ini masih ada perusahaan dengan kriteria Cash Stock 🙂

4. Value Stock Discount to Subsidiary

Kriteria saham terakhir ini sebenarnya aga sedikit ‘spekulasi’. Value stock discount to subsidiary ini adalah perusahaan induk yang harganya sudah terdiskon jauh / tertinggal dibandingkan anak perusahaannya. Bagaimana cara melihatnya, mari kita langsung lihat contoh realnya INDF vs ICBP:

 

For Your Information, ICBP (Indofood Consumer Branded Products Tbk.) adalah anak perusahaan yang sahamnya sebanyak 80,53% dimiliki oleh INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk.) dan ‘seharusnya’ Nilai Perusahaan / Market Cap. INDF lebih tinggi dibandingkan ICBP. Tetapi karena Mr. Market bergerak tidak rasional, Market Cap. ICBP  100,15 Triliun jauh lebih tinggi bandingkan INDF yang hanya sebesar 61,46 Triliun. Mari kita lihat gambar berikut:

Nah berdasarkan analisa saya, INDF sekarang sudah terdiskon sebanyak 23,8% dibandingkan ICBP. Padahal Apabila kita perhatikan gambar di atas, bisnis INDF tidak hanya ICBP. INDF juga memiliki perusahaan SIMP, LSIP, Boga Sari dan bisnis distribusi, sehingga seharusnya nilai perusahaan INDF lebih tinggi dibandingkan ICBP. Saya tidak mengatakan bahwa saham INDF sudah murah dan layak untuk di beli pada saat ini, tetapi sebagai value investor tentunya kita tahu perusahaan mana yang lebih menarik untuk di beli antara INDF dan ICBP 🙂

 

Wah sepertinya di artikel ini saya cukup ngomong banyak.. hehehe.. Sebelum saya akhiri artikel ini, saya baru saja mengembangkan fitur valuation untuk menghitung PEG dan Nilai Intrinsik sebuah perusahaan di http://calculate.zomiwijaya.com/ Fitur tersebut gratis, dan semoga teman-teman bisa memanfaatkannya dengan baik. (To be noted, valuation yang saya buat tidak cocok untuk perusahaan yang baru IPO dan sektor yang cyclical seperti commodity)

Artikelnya saya akhiri sampai sini. Terima kasih banyak untuk teman-teman yang sudah membaca artikel saya, mohon maap apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama. Adios ! Goodluck and Happy Investing Guys ! ?

 

My goal in writing this report is to give you the information you need to estimate Berkshire’s intrinsic value. I say “estimate” because calculations of intrinsic value, through all-important, are necessarily imprecise and often seriously wrong. The more uncertain the future of a business, the more possibility there is that the calculation will be wildly off-base. – Warren Buffett on Berkshire Hathaway inc. Shareholders letter 2005

Tagged , , , , , , ,

About Zomi Wijaya

Fundamentalist, Value Investor
View all posts by Zomi Wijaya →

11 thoughts on “Margin of Safety – The Core of Value Investing

  1. maaf gan, mau nanya dong jadi sebenarnya intrinsic value itu apakah BVPS saja atau ada yang lain? makasih gan.

    1. Salam Pak Alexander,

      Sebetulnya banyak metode menghitung ‘intrinsic value’ perusahaan, dan BVPS/PBV itu salah satu metode yang paling sederhana untuk memperkirakan nilai intrinsik saham.

      Otherwise, kalau Pak Alexander menggunakan book value, jangan lupa untuk memperhatikan faktor-faktor lainnya, seperti kemampuan perusahaan mencetak uang, kesehatan financial, prospek dan seterusnya, hingga akhirnya kita dapat memutuskan apakah sahamnya layak invest atau tidak.

      Semoga membantu,

  2. Pak Zomi…maaf sebelumnya, untuk rumus MOS nya itu, pembaginya bukannya Market Price ya?

  3. Maaf Pak Zomi, di rumus MOS pembaginya adalah price tapi di contoh pembaginya adalah value, yang benar yang mana ya Pak?

    1. Salam Ibu Enung,

      Rumusnya seharusnya dibagi value, dan untuk gambarnya sudah saya ganti juga.

      Terima kasih untuk pertanyaannya, sehingga bisa saya mengoreksinya.

  4. Pak Zomi,

    Saya kutip tulisan bpk., “FYI sulit mencari saham-saham yang memiliki Cash > Market Cap. tetapi saat ini masih ada perusahaan dengan kriteria Cash Stock ?”

    Saya juga melakukan analisa leading stock seperti Pak Zomi, namun dengan menambahkan Weight system (pemberat). Bagi saya, lebih memudahkan untuk mendapatkan hasil penilaian urutan.

    Pertanyaan saya, bisakah saya ambil hipotesa, bila dibuat ratio “Market Cap.” dibagi dengan “Cash” , maka semakin kecil hasilnya semakin baik? Hasil ratio dimaksud, saya gunakan untuk menilai urutan dengan weight system.

    Misalnya PNIN (sesuai illustrasi di article ini) :
    1 Januari 2018.
    Market Cap. 3582 dan Cash 5800, maka Ratio = 3582 / 5800 = 0.62
    29 Januari 2018.
    Market Cap. 5861 dan Cash 5800, maka Ratio = 5861 / 5800 = 1.10
    Kesimpulan; 0.62 vs 1.10 , 0.62 pastinya lebih baik

    Tapi ya seperti bapak bilang memang susah manemukan emiten dengan Cash > Market Cap. (hehehe…). Namun menyambung pertanyaan saya diatas, apakah menggunakan ratio dimaksud bisa digunakan sebagai ukuran penilaian?

    Mohon pendapatknya.

    Terima kasih

    1. Salam Pak Dimas,

      Betul Pak, untuk mempermudah analisa. Kita dapat membandingkan cash perusahaan dengan market cap-nya, dan semakin kecil tentunya menandakan saham tersebut semakin murah. And yeap, karena sekarang market sudah turun banyak, tidak terlalu sulit untuk menemukan saham dengan kriteria tersebut.

      Dan sedikit tips, kita harus hati-hati jika perusahaan memiliki hutang yang terlampau besar, terutama jika hutangnya, merupakan hutang berbunga.

      Semoga membantu,

  5. Salam Pak Zomi,

    Fitur valuation untuk PEG Dan interinsic value-nya kenapa tidak dapat dilihat ya Pak?

Comments are closed.