Hello Guys! di artikel ini saya ingin bercerita tentang seorang yang sangat-sangat berpengaruh dalam dunia investasi. Karena pengaruhnya, banyak orang menjadi kaya karena dia, bahkan salah satu muridnya pernah menjadi orang terkaya di dunia! Siapakah dia? yap, dia adalah Benjamin Graham, Pencetus Value Investing pertama di dunia. Yuk kita simak lebih dalam biography singkat beliau!
Benjamin Graham adalah orang yang sangat jenius, karena kejeniusannya dia berhasil lulus dalam tiga bidang sekaligus yaitu Inggris, Matematika, dan Filsafat dari Columbia University pada 1914. Setelah lulus dia memulai karirnya di Wall Street sebagai seorang pesuruh di perusahaan pialang. Karirnya yang di awali sebagai pesuruh tidak lama, karena dengan cepat dia naik menjadi staf penulis riset dan hingga akhirnya menjadi mitra di perusahaan itu (wow). Pada tahun 1926, ia membentuk sendiri kemitraan investasi miliknya dengan nama Graham-Newman Corporation. Mulai dari tahun 1928 ia mulai mendedikasikan dirinya untuk menjadi dosen di Columbia University dan menjadi salah satu guru favorit Warren Buffett.
Banyak orang yang menganggap Graham adalah pemimpin analisisis finansial. Buku karyanya yang paling terkenal, yaitu Security Analysis dan The Intelligent Investor dianggap sebagai kitab sucinya para Investor (apabila teman-teman belum memiliki bukunya sebaiknya segera beli!). Dalam bukunya disebutkan dengan jelas perbedaan antara investasi dan spekulasi, Investasi adalah ketika kita mengenal secara mendalam fundamental bisnis sebuah perusahaan yang dihargai dibawah nilai intrinsiknya, semua hal selain itu adalah Spekulasi.
Prinsip utama dalam berinvestasi menurut beliau adalah hanya berinvestasi pada perusahaan yang memiliki Margin of Safety (MoS), Filosofi ini membawanya pada dua pendekatan untuk mendapatkan MoS. Pendekatan pertama adalah hanya membeli perusahaan dengan harga 2/3 nilai aset bersihnya, kedua adalah fokus kepada saham-saham dengan rasio harga terhadap pendapatan yang rendah (PBV dan PER yang rendah).
Kedua pendekatanya tersebut, dalam membeli saham yakni di bawah 2/3 nilai aset bersihnya serta PER yang rendah. Digunakan karena ada antitesis dari Margin of Safety, yaitu Margin of Error. Dimana Graham menetapkan Margin of Errornya dalam menilai saham adalah 33%, sehingga beliau hanya membeli saham dengan 2/3 nilai aset bersihnya, 1/3 sisanya adalah Margin of Error.
Saham-saham yang dipilih oleh beliau berdasarkan metode-metode ini umumnya tidak populer di pasar (biasa di kenal juga dengan nama Second Liner atau Third Liner). Sejumlah peristiwa (optimismen dan pesimisme) telah mengakibatkan pasar memberi harga yang salah pada saham-saham yang dibeli olehnya, sehingga menyebabkan harga sahamnya undervalue. Graham memiliki keyakinan besar bahwa saham-saham yang dihargai “rendah secara tidak beralasan“, menarik untuk dibeli.
Keyakinanya dilandasi pada kepercayaan bahwa pasar kerap kali salah menilai sebuah saham yang diakibatkan karena faktor fear and greedy. Di Puncak optimisme, keserakahan menggerakan saham ke atas nilai intrinsiknya, di lain waktu pesimisme menggerakkan harga saham ke bawah nilai intrinsiknya. Dalam menyampaikan asumsinya, ia mengutip kalimat dari penyair Horace: “Many shall be restored that now are fallen, and many shall fall that now are in honor”.
Sebelum saya akhiri artikel ini, ilmu yang saya pelajari dari seorang Benjamin Graham apabila dirangkum menjadi 1 kalimat adalah Portofolio saham yang terdiversifikasi, terseleksi melalui analisa yang mendalam serta di beli pada harga yang murah adalah investasi yang sangat menguntungkan (in long period time of investment).
Thank you teman-teman yang sudah membacanya! semoga terinspirasi!
Goodluck and Happy Investing 🙂
“There will continue to be wide discrepancies between price and value in the marketplace, and those who read their Graham & Dodd will continue to prosper.” – Warren E. Buffett
Very nice sharing