Stock Analysis

Clipan Finance (CFIN) – Value Stock

Sepanjang semester 1-2020, perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri pembiayaan di BEI, membukukan kemerosotan laba dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Katakanlah, Clipan Finance (CFIN) -36,4% YoY, Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) -37,1%, Mandala Multifinance (MFIN) -31%, WOM Finance (WOMF) -26,7% dan BFI Finance Indonesia (BFIN) -51,9%. And yeap, seperti yang kita ketahui bahwa operasional industri multifinance cukup terhambat oleh Pandemi Covid-19. Di mana untuk kredit yang telah disalurkan, perusahaan diwajibkan membantu debitur terdampak Covid, dengan memberikan restrukturisasi kredit melalui perpanjangan tenor atau keringanan suku bunga, yang otomatis akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Di lain sisi, perusahaan pembiayaan juga tidak bisa sembarangan menyalurkan kredit baru, karena alih-alih meningkatkan kinerja perusahaan di masa yang akan datang, jika penyalurannya tidak tepat, kredit tersebut malah akan menjadi kredit macet alias bad debt.

Mengutip kalimat Warren Buffett: “The best thing that happens to us (berkshire hathaway) is when a great company gets into temporary trouble. We want to buy them when they’re on the operating table.” Di mana berdasarkan pengalaman, jika kondisi itu terjadi, yakni adanya masalah temporer di perusahaan tertentu. Seringkali menawarkan peluang investasi yang menarik, karena sahamnya dapat dikoleksi pada harga yang sangat terdiskon. Nah, pada kali ini, emiten yang akan kita bahas adalah CFIN, yang meskipun fundamentalnya tidak dapat dikatakan terbaik dibandingkan peers-nya, valuasinya sekarang jelas undervalue, sehingga cukup menarik untuk diulas. So yeap, sekarang mari kita mulai saja artikelnya:

Clipan Finance (CFIN)

Clipan, yang pertama kali didirikan pada tahun 1982 dengan nama PT. Clipan Leasing Corporation, merupakan perusahaan multifinance yang fokus menyalurkan kreditnya untuk pembiayaan konsumen. Di mana jika teman-teman melihat total penyaluran kredit CFIN di tahun 2019 yang sebesar 8,2 Triliun. Komposisinya didominasi oleh kredit mobil bekas sebesar 5,06 T (61,9%), disusul oleh mobil baru 2,77 T (33,9%), dan sisanya baru pembiayaan non-otomotif. Thus, berdasarkan informasi tersebut, kita dapat mengasumsikan bahwa kinerja CFIN sangat dipengaruhi oleh industri mobil itu sendiri.

Nah, bagi teman-teman yang belum tahu, CFIN merupakan salah satu perusahaan di bawah naungan Panin Group, tepatnya sebagai anak usaha Panin Bank (PNBN). Yang mana, hal ini menjadi salah satu keunggulan perseroan dibandingkan perusahaan pembiayaan lainnya, di mana kinerjanya dapat di-back up oleh induk usahanya yang belakangan sudah naik menjadi Bank Buku IV. Misalnya, seandainya CFIN memerlukan dana urgent sewaktu-waktu, mereka akan lebih mudah dalam memperoleh akses pendanaan, sehingga dalam hal ini dapat dikatakan likuiditasnya lebih terjamin. Selanjutnya, perusahaan juga memiliki kontrak kerja sama dengan induknya, yakni di bidang Channeling (PNBN dapat membeli piutang perusahaan) dan Joint-financing (kerja sama pembiayaan dengan PNBN), yang bisa menopang kinerja sekaligus menekan risiko yang dihadapi perusahaan.

Pengeluaran kas untuk penyaluran pembiayaan konsumen. Sumber: LK Q2-2020 CFIN. Klik gambar untuk memperbesar

However, seiring dengan adanya perlambatan ekonomi, khususnya penjualan di industri mobil yang sedang lesu (Gaikindo mengestimasi penjualan mobil di tahun ini akan turun 40%). Sangat terlihat bahwa manajemen CFIN sangat konservatif dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini terlihat pada dua pos LK terbaru yang dirilis emiten: Pertama, penyaluran pembiayaan konsumen perusahaan, turun dari 4,7 T di Q2-2019, menjadi 1,6T di periode yang sama tahun ini, alhasil posisi kas perusahaan yang biasanya di-maintain pada kisaran 100 Miliar, sekarang terjadi penggemukan menjadi 573 M (+450% YoY). Kedua, provisi atau pencadangan kerugian penurunan nilai perusahaan untuk pembiayaan konsumen-nya juga naik, dari 175,7 M ke 240,7 M (+37% YoY). Dan penulis melihat bahwa hal ini sangatlah wajar, karena di samping permintaan yang berkurang, akan jauh lebih bijak jika emiten fokus merestrukturisasi, sekaligus mengelola pembiayaan yang ada supaya statusnya tidak turun menjadi kredit macet.

Actually, apabila teman-teman perhatikan. Artikel ini pertama kalinya kita membahas perusahaan di sektor pembiayaan. Nah, sebetulnya hal ini dikarenakan sebelumnya penulis beranggapan bahwa perusahaan leasing, fundamentalnya tidaklah lebih baik dibandingkan perusahaan perbankan. Karena secara umum: 1. Cost of fund (biaya yang harus dibayar oleh perusahaan, untuk setiap sumber dana yang diperoleh dari pihak lain) dari perusahaan pembiayaan pasti tinggi. Karena jika bank bisa mendapatkan dana murah dari tabungan/giro, maka sumber dana perusahaan pembiayaan berasal dari pinjaman bank atau penerbitan obligasi, yang biaya bunganya lebih tinggi. Dan 2. Debitur dari perusahaan leasing, memiliki profil risiko lebih tinggi, yang diantaranya underbanked, atau tidak memenuhi persyaratan minimum pengajuan pinjaman ke bank. Namun demikian, setelah dipelajari lebih lanjut, despite kekurangan yang disampaikan di atas, perusahaan multifinance memiliki beberapa keunggulan lainnya, misalnya proses pengajuan yang lebih flexible dan cepat, serta untuk mengkompensasi risiko debitur yang tinggi, suku bunga kreditnya juga relatif lebih tinggi. Dan terakhir, tentunya jika ada saham dengan valuasi yang sedemikian menariknya, kenapa tidak kita pelajari lebih dalam? 🙂

Back to topic, berbicara mengenai cost of fund, berdasarkan LK Q2-2020-nya, biaya dana dari perusahaan yang sudah beroperasi lebih dari 3 dekade ini, ada di kisaran 9,12%. Sedangkan tingkat suku bunga efektif yang didapatkan CFIN dari pembiayaan yang disalurkannya mencapai 19,31%. Meskipun suku bunga pembiayaannya turun dibandingkan tahun lalu (seiring dengan penurunan suku bunga BI dan adanya restrukturisasi), selisih antara bunga kredit dengan cost of fund-nya masih cukup lebar, yakni sekitar 10,2%. Oh ya, jika teman-teman cukup kaget dengan bunga efektif untuk debitur multifinance, sejatinya bunga untuk kredit mobil memang di kisaran 18-20% per tahunnya. Sedangkan untuk jenis kendaraan motor, suku bunga efektifnya lebih gila lagi, yakni bisa mencapai 30% atau bahkan lebih tinggi dari itu. Dan hal ini wajar, karena di samping nilai aset motor relatif lebih murah, secara umum risiko debiturnya juga lebih tinggi.

Satu poin lagi, sebelum kita masuk ke bagian akhir artikel. Jika teman-teman bandingkan dengan perusahaan pembiayaan lainnya, manajemen CFIN dapat dikatakan cukup prudent dalam mengelola kredit yang disalurkannya. Hal ini terlihat dari Non Performing Financing Gross (NPF-G, jika di industri perbankan namanya NPL) pada Q2-2020 berada di level 2,65%. Dan meskipun angkanya terlihat naik dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,07%, namun secara keseluruhan masih jauh lebih baik dibandingkan NPF-G sektor pembiayaan yang sudah menembus level 5%. Well, setelah menganalisa fundamental perusahaan, bagaimana prospek dan valuasinya saat ini?

Prospect and Valuation

Berdasarkan pemaparan manajemen yang terbaru terkait ‘dampak pendemi di bulan Agustus 2020’. Disampaikan bahwa, Covid-19 akan mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan sekitar 25% YoY, serta laba bersih juga akan terkoreksi pada kisaran 50-75% YoY. So Yeap, apabila manajemen sudah memperkirakan hal tersebut, akan jauh lebih konservatif jika kita mengestimasi laba tahun ini, maksimal dengan skenario tersebut. However, jika teman-teman melihat sedikit lebih panjang, misalnya 1-2 tahun kedepan. Seharusnya industri pembiayaan masih cukup prospektif, mengingat pemerintah terus melonggarkan kebijakan moneter, sekaligus memberikan berbagai macam stimulus untuk menopang konsumsi masyarakat, yang notabene adalah komponen utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di samping itu juga, dengan catatan pandeminya berakhir tahun ini, maka akan terjadi pent-up demand terhadap industri otomotif, di mana orang-orang yang menunda pembelian kendaraan di tahun ini, baru akan merealisasikannya pada tahun depan nanti.

Thus, bagaimana dengan valuasinya sekarang? CFIN yang merupakan salah satu anak usaha dari grup Panin, seperti yang teman-teman ketahui memang biasanya diharagai pada valuasi yang cukup murah. Dan jangankan menyentuh valuasi yang premium, mendekati fair value-nya saja cukup sulit, yang kemungkinan besar dikarenakan typical manajemen yang jarang membagikan dividen. Nah, untuk CFIN secara khusus, karena sahamnya dihargai pasar pada valuasi yang cukup murah dalam waktu yang lama, akan jauh lebih bijak jika kita menggunakan historical analysis untuk mengukur murah dan mahal sahamnya. So yeap, berikut adalah data historis sejak tahun 2011, rentang valuasi pasar menghargai saham CFIN:

Sumber: LK CFIN, diolah

Berdasarkan data yang telah diolah di atas, rata-rata PER dan PBV CFIN selama hampir 10 tahun terakhir berada di level 4,2x dan 0,4x. And yeap, karena labanya di tahun ini yang dapat dipastikan terkoreksi, lebih tepat jika kita fokus menggunakan rasio PBV-nya saja. Dan jika teman-teman telisik, PBV emiten di harga @183, berada di level 0,15x, atau jika kita bandingkan dengan target average PBV CFIN, Margin of Safety-nya sekitar 63,8%.

Tapi Pak Zomi, apa valuasi PBV 0,4x untuk saham CFIN tidak terlalu agresif, karena 5 tahun terakhir sahamnya hanya diperdagangkan di PBV 0,3x? Nah, yang namanya intrinsic value, meskipun dalam hal ini metode yang digunakan sama, hasilnya bisa berbeda satu orang dengan lainnya, tergantung dari subjektifitas ataupun asumsi dari orang tersebut. Sehingga andaikata teman-teman beranggapan bahwa valuasi PBV 0,4x untuk CFIN terlalu tinggi, maka yasudah kita diskon saja nilai wajarnya 30%. Alhasil nilai wajar atau target price kita untuk CFIN, berada di valuasi PBV 0,3x, yang jika kita bandingkan dengan harganya sekarang, masih manawarkan peluang keuntungan 100%, not bad eh?

 

Okey, artikelnya kita akhiri sampai di sini. Seluruh tulisan di atas sekedar untuk sharing analisa fundamental saham dan sebelum teman-teman membeli saham tertentu, pastikan sudah menganalisis perusahaannya secara menyuluruh terlebih dahulu. Apabila teman-teman ingin request topik tertentu yang ingin dibahas di artikel selanjutnya, silahkan menuliskannya di kolom komentar pada bagian bawah artikel. Semoga teman pembaca mendapatkan ilmu yang bermanfaat, disclaimer is always on and do your own research. Adios amigos, good luck and Happy Investing Guys! ?

 

“If you are shopping for common stocks, choose them the way you would buy groceries, not the way you would buy perfume.” – Warren Buffett

Tagged , , , , ,

About Zomi Wijaya

Fundamentalist, Value Investor
View all posts by Zomi Wijaya →

2 thoughts on “Clipan Finance (CFIN) – Value Stock

Comments are closed.