Stock Analysis

Asuransi Multi Artha Guna (AMAG) – A Fairfax Company

Perjalanan Asuransi multi Artha Graha (AMAG), telah dimulai sejak 41 tahun silam, tepatnya pada tanggal 14 November 1980 , di Surabaya. Bak, seperti mengamini pernyataan Arie de Geus, penulis buku The Living Company, yang mengatakan bahwa harapan hidup rata-rata perusahaan multinasional hanya sekitar 40-50 tahun. AMAG, di usianya yang hampir memasuki dekade ke-4, dijual oleh Panin Group kepada Fairfax Asia Limited, untuk kemudian dimerger dengan Fairfax Insurance Indonesia. Sehingga, berdasarkan laporan tahunan terbarunya, komposisi kepemilikan AMAG adalah sebagai berikut: 80% dimiliki oleh Fairfax Asia Limited, 12,24% dipegang masyarakat umum, dan sisanya masih digenggam oleh pihak Panin Group, melalui anak usahanya Panin Bank (PNBN).

Well, tentunya sebagai seorang investor saham yang baik, sudah merupakan keharusan untuk mengetahui dengan siapa kita bermitra. Karena tentunya partner kita, yang utamanya adalah Majority Shareholders memiliki kemampuan untuk mengendalikan perusahaan dalam mengambil keputusan-keputusan penting, seperti aksi korporasi merger, akuisisi, right issue, dividen, likuidasi, termasuk juga hal-hal negatif, seperti melakukan praktik manipulasi laporan keuangan, korupsi (front running, insider trading), kolusi dan nepotisme. Alhasil, mitra tersebut sangat menentukan masa depan dana investasi yang teman-teman miliki.

Back to topic, pemilik AMAG saat ini adalah Fairfax Asia Limited (FAL), yang merupakan anak usaha dari perusahaan yang jauh lebih besar lagi, yakni Fairfax Financial Holdings Limited (FFH), yang beroperasi di Toronto, Canada. Secara sederhana, FAL ini merupakan perusahaan yang dibentuk oleh FFH, dengan tujuan untuk menaungi seluruh perusahaan Fairfax di regional Asia, diantaranya: Hong Kong, Malaysia, Sri Lanka, China, Thailand, Vietnam dan Indonesia. So yeap, mengutip pepatah “number speaks louder than words”, berikut adalah data historis singkat kinerja keuangan FFH:

Nah, berdasarkan laporan tahunan 2020 yang telah diaudit, FFH memiliki aset sebesar Rp. 1.075 triliun, atau hampir menyaingi aset industri asuransi Indonesia secara keseluruhan. Dan jika teman-teman mencermati data di atas, sejak tahun 1985, yakni ketika FFH mulai dikelola oleh Prem Watsa (disebut juga Canadian Warren Buffett) hingga tahun 2020, nilai buku FFH terus tumbuh 17,9% CAGR. Kinerja yang sangat mengesankan, mengingat berbeda dengan Berkshire Hathaway (perusahaan miliki Warren Buffett) yang tidak pernah membagikan dividen, maka FFH rutin membagikan dividen setiap tahunnya, meski dengan payout ratio yang relatif tidak besar. Thus, dengan beberapa kesimpulan di atas, yakni skala perusahaan yang sangat besar, rekam jejak manajemen yang mengesankan serta terbukti kapabel, rasanya cukup nyaman memiliki mitra investasi seperti FFH.

Setelah kita menganalisa siapa pemegang saham utama AMAG, selanjutnya mari kita coba analisa fundamental perusahaan beraset 4,7 triliun ini, dengan metode yang telah dijelaskan pada artikel Digging the Asset – Estimating Real Value Insurance Companies sebelumnya:

1. Underwriting Performance

Melihat skala bisnisnya, berdasarkan data OJK di tahun 2020, dari 72 total perusahaan terdaftar di Asuransi umum, AMAG berhasil memegang pangsa pasar 2,8% dari total aset industrinya. Dan pada laporan tahunan terbarunya, disampaikan juga, meskipun aset perusahaan hanya 2,8%, tetapi AMAG berhasil memperoleh pangsa pasar premi 3%, dengan claim ratio (nilai klaim dibandingkan nilai premi, di mana semakin kecil angkanya semakin bagus) sebesar 39,7%, atau lebih kecil dibandingkan rasio klaim industri yang mencapai 46,9%. Alhasil, dari data tersebut kita dapat menyimpulkan, meskipun aset AMAG tidak terlalu besar dibandingkan kompetitor-kompetitor utamanya, kinerja perusahaan terbukti lebih efisien dibandingkan industrinya secara keseluruhan.

Premi AMAG, berdasarkan LK Q4-2020 audited

Jika di artikel sebelumnya kita sudah mengkategorikan perusahaan asuransi menjadi 5 macam. Maka di dalam industri asuransi umum, tiap perusahaan bisa memiliki strategi yang sangat berbeda satu dengan lainnya. Misalnya, terdapat perusahaan asuransi umum yang fokus ke underwriting bisnis korporasi, seperti asuransi pengangkutan melalui kapal laut, penerbangan, jasa proyek migas, kerugian, dan lain sebagainya. Tetapi ada juga yang seperti AMAG, di mana fokusnya adalah ke bisnis retail, yang utamanya berasal dari kendaraan bermotor. Alhasil, apabila teman-teman ingin menganalisa prospek pendapatan premi AMAG kedepannya, kita juga wajib mencermati perkembangan pasar industri kendaraan bermotor di Indonesia. Terakhir, meskipun Panin Group dalam hal ini sudah bukan pemegang saham pengendali, namun hampir 20% premi bruto AMAG masih berasal dari Panin Bank (PNBN) dan Clipan Finance (CFIN).

Berikut adalah data Underwriting Performance dari AMAG:

Kinerja Underwriting AMAG 2011-2020, dalam miliar Rupiah, audited

Well, dari data di atas, teman-teman bisa melihat bahwa kinerja underwriting perusahaan terus bertumbuh dari 107,8 miliar di tahun 2011, ke 369,9 miliar di tahun 2020 (CAGR 14,7%), didukung oleh pendapatan premi yang terus meningkat dan rasio klaim yang menurun. Hal ini sudah sesuai dengan visi perusahaan untuk memiliki pertumbuhan di atas tingkat pertumbuhan pasar.

Okey, untuk analisa underwriting performance, AMAG memiliki kinerja yang tidak hanya baik, tapi sangat baik. Selanjutnya mari kita cermati asset quality yang dimiliki emiten:

2. Asset Quality

Aset Investasi AMAG, berdasarkan LK Q4-2020 audited

Berdasarkan laporan keuangan Q4 2020 yang telah diaudit, teman-teman dapat mencermati, dari total aset AMAG yang mencapai 4,6 triliun, 56%-nya tergolong aset yang cukup likuid, terdiri dari kas, tabungan, deposito dan efek-efek yang tersedia untuk dijual. Oh ya, sebelum kita melangkah lebih jauh, berikut adalah penjelasan singkat yang perlu teman-teman ketahui antara, efek untuk diperdagangkan, dimiliki hingga jatuh tempo, dan tersedia untuk dijual, dalam mekanisme pencatatannya dalam laporan keuangan:

  1. Diperdagangkan/Trading
    • Diukur pada nilai pasar tanggal pelaporan
    • Perubahan nilai, dividen, bunga akan tercermin di laba rugi
  2. Dimiliki hingga jatuh tempo/Held to Maturity
    • Diukur berdasarkan biaya perolehan di amortisasi
    • Hanya berlaku untuk surat efek hutang (obligasi/surat hutang), karena efek ekuitas (saham) tidak memiliki masa jatuh tempo
    • Kenaikan/penurunan nilai, beserta imbal hasil yang diperoleh akan tercermin di laba rugi
  3. Tersedia untuk dijual/Available for sale
    • Diukur pada nilai pasar tanggal pelaporan
    • Perubahan nilai, hanya akan mempengaruhi laba/rugi komprehensif. Dan baru akan dicatatkan di laba rugi non komprehensif apabila nanti sudah direalisasi
    • Namun demikian, jika ada dividen yang diperoleh atau bunga investasi, akan dicatat di laba rugi

Yeap, karena seluruh efek yang dimiliki AMAG saat ini diklasifikasikan tersedia untuk dijual, maka perubahan nilai efek, baik untung maupun rugi, hanya akan dicatatkan di bagian laba/rugi komprehensif. Dan barulah, jika nanti direalisasi, akan masuk ke laba/rugi non komprehensif. Sementara itu, jika ada efek saham yang membagikan dividen, atau obligasi yang dimiliki memberikan kupon, nilainya akan dicatatkan ke ke laba/rugi non-komprehensif, melalui akun ‘hasil investasi’.

Okey, jadi apa saja efek yang dimiliki oleh AMAG?

Efek yang dimiliki AMAG, berdasarkan LK Q4-2020 audited

Berdasarkan data di atas, di luar kepemilikan efek saham dan surat hutang TAXI yang sudah di-impair (hapus buku) sepenuhnya. Efek-efek yang dimiliki AMAG saat ini sangat-amat konservatif, hal ini dapat dilihat melalui: 1. Mayoritas efek, yakni sebesar 887 miliar, merupakan surat hutang dengan rating investment grade. Di mana hampir seluruh surat hutang yang dimiliki, adalah milik pemerintah atau BUMN, yang notabene adalah pemerintah itu sendiri. 2. Untuk investasi saham dalam negeri, manajemen hanya berinvestasi di segelintir saham blue chip, dengan fundamental bagus, yang pergerakan sahamnya juga likuid dan termasuk dalam indeks unggulan (LQ45). Dan 3. Untuk investasi saham di luar Indonesia, meskipun nilainya relatif paling minim, AMAG berinvestasi dengan melakukan diversifikasi di saham-saham yang bergerak pada industri semikonduktor, gaming, hingga perusahaan holding ternama, yakni CK Asset Holdings, milik Sang Taipan Asia Li Ka-shing.

So yeap, dari sisi kualitas aset, kita juga dapat menyimpulkan bahwa AMAG memiliki aset investasi dengan pengelolaan yang baik, serta sangat konservatif. Sehingga risiko ‘bubble’ pada pencatatan laporan keuangannya, sangat minim. Next, bagaimana dengan kondisi keuangan AMAG?

3. Financial Health

Rasio Risk Based Capital AMAG 587%

Berdasarkan data publikasi AMAG, Risk Based Capital (RBC) perusahaan saat ini berada di angka 587%, jauh di atas standarminimal RBC industri asuransi yang sebesar 120%. Di samping itu juga, apabila kita mencermati data-data berikut:

Data Neraca AMAG 2011-2020, dalam miliar Rupiah, audited

Perusahaan memiliki kolektibilitas piutang yang lancar, komposisi aset likuid yang memadai, serta rasio Debt to Equity (DER) yang masih tergolong wajar. Jadi, yes kita dapat menyimpulkan bahwa fundamental AMAG sangatlah baik, sehingga sekarang pertanyaannya hanya, bagaimana dengan valuasinya?

Valuation

Kebetulan, kemarin AMAG baru saja merilis LK untuk kinerjanya selama semester-1 2021, dan hasilnya terbilang cemerlang. Dengan analisa singkat, pada harga @270, sebagai berikut:

  • Aset +12,1% YoY
  • Ekuitas -8,6% YoY
  • Pendapatan +3,9% YoY
  • Laba Bersih+ 94,7% YoY.
  • Price to Earning Ratio 8,8x
  • Price to Book Value 0,7x
  • Return on Equity 8,4%

Nah, teman-teman pembaca mungkin ada yang bingung, kok aset, pendapatan dan laba bersih perusahaan naik, tetapi ekuitasnya malah menurun? Well, hal ini disebabkan karena dalam 2 tahun terakhir, AMAG melakukan pembagian dividen yang cukup ekstrem, dengan dividend payout ratio mencapai lebih dari 200%, sehingga menggerus modal atau ekuitasnya. Sebagai contoh pada awal bulan Juli kemarin, dividen yang dibagikan AMAG adalah 50/lembar, atau yield sekitar 18,5% di harganya saat ini.

Perjanjian AMAG, sumber LK Q4-2020 audited

Selidik punya selidik, keroyalan AMAG dalam membagikan dividen dikarenakan perusahaan baru saja memperoleh dana (one off cash gain) sebesar 818 miliar dari perjanjiannya dengan Panin Bank yang berakhir pada tanggal 7 Desember 2020. Yeap, seperti halnya Buffett yang melakukan capital allocation dari anak-anak usahanya di Berkshire. Perusahaan induk AMAG, yaitu FAL atau FFH, juga melakukan hal yang sama, yakni mengambil kelebihan modal yang dimiliki AMAG, untuk diinvestasikan ke perusahaan lainnya, yang bisa memutar kelebihan modal tersebut menjadi lebih produktif, alias menghasilkan return yang lebih tinggi. Dan karena sifat uang yang diterima AMAG tidak berulang, kemungkinan kedepannya emiten tidak akan terlalu agresif kembali dalam membagikan dividen, hal ini juga mengingat perusahaan asuransi diawasi ketat oleh OJK, untuk selalu menjaga struktur permodalannya dengan baik.

Di samping itu, perlu teman-teman ketahui bahwa seluruh aset AMAG, sudah dicatat menggunakan model revaluasi, sehingga aset yang dimiliki, sudah mencerminkan nilai wajar yang sesungguhnya. Satu-satunya asset play yang penulis temukan, berada di ‘Penyertaan dalam bentuk saham’. Jadi pada tahun 2003 silam, AMAG membeli 19,9% kepemilikan di PT. Reasuransi Maipark Indonesia sebesar 46 miliar. Pada saat akuisisi tersebut, Maipark memiliki aset 59 miliar, dengan laba bersih 1,3 miliar (ROA 2,2%). Berdasarkan LK Maipark 2020, asetnya sudah naik menjadi 822 miliar, dan laba 77,7 miliar (ROA 9,5%). Valuation wise, kepemilikan 19,9% di Maipark pada PBV 1x, itu senilai 600 miliar, atau 13x dari nilai buku yang dicatat pada LK AMAG saat ini.

All in all, penulis menyimpulkan dengan fundamental yang cukup baik serta disokong oleh induk usaha yang ‘kuat’, manajemen yang kompeten, beserta valuasinya yang sudah disampaikan di atas. Harga saham AMAG saat ini, tergolong undervalue, dengan nilai wajar konservatif pada PBV 1x.

Nah, penulis sudah menyampaikan pandangan melalui ulasan artikel di atas. Sekarang, bagaimana pandangan teman-teman sendiri untuk saham AMAG?

Okey, sekian artikel kali ini. Semoga teman pembaca mendapatkan ilmu dan wawasan dari artikel di atas. Dan bagi teman-teman yang hendak atau mungkin kebetulan sudah memegang saham AMAG, mudah-mudahan analisa di atas bisa menjadi second opinion yang bermanfaat. Stay safe and happy investing guys!

“Investment success doesn’t come from buying good things, but rather from buying things well.” – Howard Marks

Tagged , , ,

About Zomi Wijaya

Fundamentalist, Value Investor
View all posts by Zomi Wijaya →

4 thoughts on “Asuransi Multi Artha Guna (AMAG) – A Fairfax Company

  1. Salam Pak Zomi, apakah AMAG secara valuasi lebih murah daripada TUGU ?
    karena jika dilihat dari valuasi dan size company, asuransi TUGU jauh lebih menarik dengan di dukungnya asuransi tersebut oleh Pertamina.
    Penempatan dana investasi TUGU juga menurut saya cukup konservatif dimana penempatan pada saham investasinya juga ditempatkan mayoritas di saham LQ45 dan Bluechip.

    BUYING OPPORTUNITY ?
    Ada kejadian menarik di TUGU dimana sekitar 1,5 tahun lalu Baruna Harmoni masuk ke TUGU dengan pembelian Rp1000 dimana sangat jauh sekali dengan harga pasar saat itu sekitar 3500. Dan sekitar july 2021 bulan lalu Baruna Harmoni menjual kembali di harga 2381 dimana harga itu harga diatas harga pasar sekarang yaitu 1500.
    Bagaimana bisa ada pemegang saham yang mau menjual harga TUGU sangat jauh saat itu dengan selisih sekitar 2500 dengan harga pasar.
    Apakah harga tugu yang dijual kemarin oleh Baruna Harmoni di 2381 diatas harga pasar sekarang merupakan tanda jika ada buying opportunity untuk harga sekarang?

    Mohon tolong untuk pendapat dari sisi perspektif pak Zomi

    Regards,
    -WiL-

    1. Salam Pak Willy,

      Hemat saya, TUGU saat ini valuasinya lebih murah dibandingkan AMAG. Namun, sesuai request dari teman pembaca, maka saham yang diulas kali ini adalah AMAG.

      Dan terkait Baruna Harmoni Investama, jika kita cermati ‘laporan bulanan registrasi pemegang efek’, terjadi pemindahan saham oleh Baruna kepada Pemodal Asing (Badan Usaha). Namun sayangnya, karena kepemilikannya tidak > 5%, kita tidak mengetahui siapa pemodal asing yang membeli saham TUGU tersebut. Terlepas dari itu, kita bisa melihat juga adanya manajemen aktif TUGU yang masih menambah kepemilikannya di sepanjang tahun 2020 ini. Di mana, tentunya mereka tidak akan menambah kepemilikan, jika tidak yakin dengan kinerja perseroan kedepannya, dan mungkin juga melihat bahwa harganya saat ini, sudah jauh di bawah harga IPO-nya @3.850 tahun 2018 silam.

      Semoga membantu,

      1. Dear Pak Zomi,
        Terimakasih atas penjelasan dan insightnya..

        Apakah bisa dibahas/diulas lebih dalam di Blog ini tentang TUGU. Poin menarik lainnya tertutama dimana TUGU termasuk di Portofolio Northstar.
        Merupakan poin menarik dimana TUGU mempunyai Chance untuk menjadi partner dibidang asuransi pada platform gojek-tokopedia atau rencana lainnya di bidang asuransi seperti halnya GoTo dengan Bank Jago. Mungkin itu hanya menunggu waktu dimana GoTo ataupun grab akan mengalihkan growth di bidang asuransi. Memang ini spekulasi, cuman menjadi poin yang sangat menarik tuk dibahas.

        Trimakasih

Comments are closed.